My Life - My Story
satu wasiat melahirkan 2 penafsiran
” Maka bertanyalah kepada
ORANG YANG MEMPUNYAI
PENGETAHUAN jika kamu tidak
mengetahui ” ( Q.S.An-Nahl :
43 )
Sahabat, sering kali kita dalam
beragama ini masih
menjalankan aturan dan ajaran
Agama berdasarkan ’KATANYA’,
kata Ustadz, kata Kyai, Kata
ajengan, kata orang tua, kata
guru, tanpa ada upaya
’ MENCARI’, inilah DOGMA yang
sering membuat kualitas ibadah
dan beragama kita kurang
berkualitas dan kurang
berdampak terhadap perilaku
kita dan orang-orang disekitar
kita.
Begitu pula dalam berbisnis, kita
juga sering kali melaksanakan
Wira Usaha menuruti begitu saja
APA KATA PAKAR, APA KATA
ORANG SUKSES tanpa ada
upaya MENCARI dan obsesrvasi
pasar sendiri, sebagaimana yang
dilakukan oleh Sahabat
Abdurrahman bin Auf.
Kisah dibawah ini adalah salah
satu contoh, bagaimana dua
orang anak menerjemahkan
Wasiat orang tuanya, yang satu
menjadikan Wasiat Sang Ayah
sebagai DOGMA dan yang satu
lagi menjadikan Wasiat Sang
Ayah sebagai PELAJARAN yang
harus DICARI korelasinya
dengan Karakter Bisnis Sang
Ayah.
Seorang pengusaha muda yang
sukses dan kaya raya terpaksa
harus menghadapi ajalnya
karena kanker kulit yang parah
akibat sensitifitas tidak normal
terhadap sinar matahari.
Sebelum meninggal, kepada dua
anaknya yang masih belia ia
berpesan :
"Ayah akan mewarisi seluruh
kekayaan dan usaha ini pada
kalian berdua. Ayah hanya
memberi dua pesan utama agar
kalian sukses dan kaya raya
seperti ayah tapi bisa
menikmatinya lebih lama."
"Pertama jangan biarkan sinar
matahari menyinari kulitmu
secara langsung terlalu lama,
karena mungkin gen kanker kulit
ini menurun pada kalian."
"Kedua, dalam bisnis, jangan
pernah menagih hutang pada
pelanggan."
Setelah memberi pesan tersebut
sang ayah meninggal, tanpa
sempat memberi penjelasan
yang lebih banyak. Kedua anak
tersebut berjanji akan
memenuhi permintaan ayah
mereka.
Kedua anak tersebut dibesarkan
oleh ibunya. Setelah cukup
umur, sang ibu memberi
keduanya usaha yang
diwariksan ayah mereka.
Sepuluh tahun kemudian, salah
satu anak menjadi anak yang
sangat kaya raya, sedangkan
satu lagi menjadi sangat miskin.
Sang ibu akhirnya bertanya,
kenapa salah satu menjadi
miskin sedangkan yang satu
menjadi kaya. Padahal keduanya
memegang teguh nasehat ayah
mereka.
Anak yang miskin berkata pada
ibunya.
"Ibu, bagaimana saya tidak
miskin. Ayah berpesan agar
selalu menghindari matahari.
Jadi setiap pagi aku harus pergi
pakai kendaraan, sewa mobil,
naik taksi, sekalipun sebenarnya
jaraknya dekat dan bisa jalan
kaki. Tentu saja hidup saya
menjadi boros. Lalu ayah
berpesan jangan menagih
hutang kepada klien. Tentu saja
bisnis saya tidak berjalan baik.
Setiap kali ada yang menunggak
saya tidak bisa menagih
sehingga lama kelamaan modal
saya habis. Saya jadi bangrut
dan miskin!"
Lalu sang ibu menengok ke
wajah anak yang kaya raya,
menunggu jawaban.
Kepada sang ibu anak yang kaya
berkata;
"Wahai ibu, saya menjadi kaya
raya seperti ini karena mengikuti
nasehat akhir ayah. Karena ayah
meminta saya menghindar dari
matahari, maka saya selalu pergi
ke kantor sebelum matahari
terbit. Kalau dekat saya bisa jalan
kaki tanpa perlu takut sinar
matahari karena belum terbit.
Karena saya selalu datang pagi
pegawai jadi ikut disiplin tidak
berani terlambat. Sedangkan
ketika pulang, saya selalu
menunggu matahari terbenam,
jadi jam kerja saya selalu di atas
rata-rata orang lain. Lalu ayah
berpesan jangan menagih
hutang pada klien. Karena itu
saya menerapkan sistem cash
and carry, sehingga arus kas
perusahaan saya sangat maju."
Demikianlah akhirnya sang ibu
tahu bagaimana nasehat yang
sama bisa menghasilkan
penafsiran yang berbeda dan
hasilnya jauh berlawanan.
Sahabat, Milyaran Kaum
Muslimin mempunyai Kitab Suci
yang sama yaitu Al-Qur ’an tapi
mengapa kualitas kaum
Muslimin diseluruh Dunia tidak
sama ?
Tidak sedikit Kaum Muslimin
memperlakukan Al-Qur ’an
hanya sebagai BACAAN untuk
ibadah
Tidak sedikit Kaum Muslimin
yang memahami Al-Qur ’an
dengan Pemahaman Masa Lalu
Saja, terjebak dengan Tafsir-
tafsir klasik melupakan Tafsir
Kekinian yang yang terhampar
luas dalam Al-Qur ’an itu sendiri.
Dan tidak sedikit pula Kaum
Muslimin yang memahami Al-
Qur ’an berdasarkan ’ KATANYA’
Hanya sedikit Kaum Muslimin
yang memperlakukan Al-Qur’an
sebagai MANUAL BOOK
KEHIDUPAN yang harus terus
menerus DICARI korelasinya
dengan permasalahan
kehidupan yang terus
berkembang dan semakin
komplek. Dan jawaban semua
itu ADA DALAM AL-QUR ’AN itu
sendiri, tugas kita hanya
MENCARI dengan dasar Ilmu
Pengetahuan yang telah kita
miliki dan BERTANYA kepada
orang Yang MEMILIKI
PENGETAHUAN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
belajar, bekarya, berbagi bagi semua hanya itu yang aku bisa
untuk meraih mimpi menggapai menjadi diri sendiri
sebuah Inspirasi yang tertunda
aspirasi lama yang menguat dan telah hilang mencoba untuk di angkat kembali
0 komentar:
Posting Komentar